sumber: http://www.zulfahmi.net
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Sam a.s segera datang menemuinya, namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan Yafits. Akibat dari ketidakpatuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya (berhubungan suami istri) kemudian melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang ganjil. Ketika dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang sempurna. Selain itu ukuran besar dan bobot masing-masing juga berbeda, ada yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk selanjutnya yang besar kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa), sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka kemudian dikenal sebagai Ya’juj dan Ma’juj.
Selain wujudnya yang ganjil, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai nafsu makan yang melebihi normal. Padahal bilamana mereka makan tumbuhan tertentu maka tumbuhan itu akan berhenti tumbuh sampai kemudian mati. Demikian pula bila minum air dari suatu tempat maka airnya tidak akan bertambah lagi. Sehingga banyak sumber-sumber air dan sungai menjadi kering karenanya. Masyarakat di sekitar mereka pun harus menanggung dampaknya yaitu krisis pangan dan air.
Karena interaksi sosial yang tidak kondusif akibat masalah yang dibawa oleh Ya’juj dan Ma’juj ini maka mereka kemudian cenderung mengisolasi diri di suatu celah gunung di tengah-tengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan Yafits lainnya, yang antara lain meliputi bangsa: Armenia, Rusia/Slavia, Romawi dan Turk di wilayah-wilayah luas seputar Laut Hitam. Namun bilamana mereka membutuhkan makan dan minum, akan keluar secara serentak bersama-sama ke daerah-daerah sekitarnya yang masih belum tersentuh oleh mereka sebelumnya. Karena kondisi fisiknya, mereka mampu menempuh perjalanan jauh dalam waktu relatif lebih pendek dibandingkan oleh manusia normal. Bagi golongan raksasa karena mereka mampu melangkah dengan jangkauan lebar sedangkan golongan liliput adalah karena sedemikian ringan bobotnya terhadap gravitasi bumi sehingga bila berjalan sangat cepat seperti meluncur bersama angin.
Pada puncak keresahan masyarakat pada masa itu, Allah SWT kemudian mengutus salah satu hambaNya yang berkulit kehitaman (tetapi bukan termasuk ras negro) dengan dua benjolan kecil (tidak bertulang tanduk) di kedua sisi keningnya yang sebenarnya lebih sering tak tampak karena tertutupi oleh surbannya yaitu Nabi Dzul Qarnain a.s untuk menghadang laju Ya’juj dan Ma’juj yang telah menimbulkan kerusakan alam yang akan terus bertambah luas.
"Berilah Aku potongan-potongan besi," hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung itu, berkatalah dzulqarnain,"Tiuplah (api itu)," Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata,"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu." -Al Kahfi: 96-
Sesuai petunjuk Allah, Nabi Dzul Qarnain a.s kemudian mengajak masyarakat di sekitar lokasi tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj untuk bersama-sama membuat dinding tembaga dan besi yang akan menutup satu-satunya lubang keluar masuk mereka. Setelah selesai, masyarakat yang sebelumnya tinggal di dekat dinding diajak untuk meninggalkan lokasi yang sudah kering tanpa air dan tumbuhan tersebut menuju ke tempat lain yang lebih layak untuk di huni.
"Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya." -Al Kahfi: 97-
Ya’juj dan Ma’juj yang telah terkurung terus berupaya membuka dinding logam tersebut dengan segala cara, bahkan dengan menjilatinya karena mereka tahu bahwa benda apapun yang mereka sentuh dengan mulutnya akan berhenti tumbuh/bertambah, kering atau tergerus. Cara ini mampu membuat bagian-bagian dinding yang mereka sentuh menjadi tipis. Namun setiap kali akan berlubang, Allah mengembalikan lagi kondisinya seperti semula. Untuk bertahan hidup selama terkurung di balik dinding, Allah menumbuhkan sejenis lumut, sebagai satu-satunya tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak setiap kali dimakan oleh masyarakat Ya’juj dan Ma’juj.
"Dzulqarnain berkata,"Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar." -Al Kahfi: 98-
Allah SWT juga mewahyukan kepada Nabi Dzul Qarnain a.s bahwa dinding itu akan terjaga dan baru akan terbuka bila saatnya tiba yaitu kelak menjelang datangnya Hari Kiamat. Kemudian Allah menjadikan gaib (tidak terlihat) lokasi dinding tersebut.
"Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi." -Al Anbiyaa: 96-
Mereka berusaha untuk keluar dengan berbagai cara, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata,'Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini." Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebuat terjadi berulang-ulang. Hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka berkata,“InsyaAllah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.” Maka keesokan paginya lubang kecil itu masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi.
Pada saat Ya'juj dan Ma'juj menyerang pada saat mendekati kiamat nanti dan saat itu masyarakat muslim termasuk Nabi Isa a.s yang telah terpojok di sebuah gunung (tur). Nabi Isa dan Umat muslim lalu bersama-sama berdoa kepada Allah agar terhindar dari masalah akibat perbuatan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian Allah SWT memerintahkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari tengkuk Ya’juj dan Ma’juj yang langsung mengakibatkan kematian mereka secara serentak. WaAllahu 'Alam.
sumber: ://majlisdzikrullahpekojan.org
Do'a Orang Teraniaya - Suatu pagi seorang laki-laki pergi berburu untuk mendapatkan rezeki yang halal. Namun hingga sore, ia belum mendapat satu pun binatang buruan. Lalu ia berdoa dengan tulus: "Ya Allah, anak-anakku menunggu kelaparan di rumah, berilah aku seekor binatang buruan". Setelah doanya ia panjatkan, Allah memberikannya rezeki, jala yang dibawa pemburu itu mengenai seekor ikan yang sangat besar. Ia pun bersyukur kepada Allah. Kemudian, beranjaklah ia pulang dengan hati riang.
Di tengah jalan, ia bertemu dengan kelompok orang dengan seorang raja yang hendak berburu. Raja heran dan takjub luar biasa begitu melihat ikan besar yang dibawa pemburu itu. Lalu, ia menyuruh pengawal untuk merampas ikan itu dari sang pemburu.
Tanpa susah payah, raja itupun mendapatkan ikan itu dengan gembira, ia langsung pulang. Ketika sampai di istana, ia mengeluarkan dan membolak-balik ikan itu sambil tertawa ria. Tiba-tiba ikan itu mengigit jarinya, akibatnya, badan sang raja panas dingin, sehingga malam itu sang raja tidak bisa tidur.
Dengan rasa cemas, raja itupun memerintahkan agar seluruh dokter dihadirkan untuk mengobati sakitnya. Semua dokter menyarankan agar jarinya itu dipotong untuk menghindari tersebarnya racun ke anggota badan lain. Raja pun menyetujui nasihat mereka. Namun setelah jarinya dipotong, ia tetap tidak dapat istirahat karena ternyata racun itu telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Para dokter pun menyarankan agar pergelangan tangan raja dipotong dan raja pun menyetujuinya. Namun setelah pergelangan tangannya dipotong, tetap saja raja tidak dapat memejamkan matanya, bahkan rasa sakitnya makin bertambah.Ia berteriak dan meringis dengan keras karena racun itu telah merasuk dan menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Seluruh dokter akhirnya menyarankan agar tangan hingga siku raja dipotong, raja pun menyetujuinya. Setelah tangan hingga sikunya dipotong, sakit jasmaninya kini telah hilang, tetapi diri dan jiwanya tetap belum tenang. Semua dokter akhirnya menyarankan agar raja dibawa ke seorang dokter jiwa (ahli hikmah).
Dibawalah sang raja menemui seorang dokter jiwa dan diceritakan seluruh kejadian seputar ikan yang ia rampas dari pemburu itu. Mendengar hal itu, ahli hikmah berkata, "Jiwa Tuan tetap tidak akan tenang selamanya sampai pemburu itu memaafkan dosa dan kesalahan yang telah Tuan perbuat."
Kemudian raja itu pun mencari pemburu itu. Setelah didapatkan, raja menceritakan kejadian yang dialaminya dan ia memohon agar si pemburu itu memaafkan semua kesalahannya. Si pemburu pun memaafkannya sambil berjabat tangan.
Sang raja penasaran ingin mengetahui apa yang dikatakan si pemburu ketika raja merampas ikannya. "Wahai pemburu apa yang kau katakan ketika aku merampas ikanmu itu?" tanya sang raja.
"Aku hanya mengatakan 'ya Allah sesungguhnya dia telah menampakkan kekuatannya kepadaku, perlihatkanlah kekuatan-Mu kepadanya!" jawab pemburu itu. Sungguh, doa orang teraniaya sangat mustajab, maka berhati-hatilah dalam bertindak. Wallahu 'alam bi shawab.
sumber: http://ponpes-almunawwar.blogspot.com
Di antara bangsa-bangsa manusia, tidak ada bangsa yang sekuat ya'juj ma'juj, sekejam ya'juj ma'juj, dan sebanyak ya'juj ma'juj. Namun tidak disangka, bahwa kelak yang membebaskan mereka dari tembok kokoh Dzulqarnain adalah kalimat 'Insya Allah'.
Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh An-Nadhar bin Al-Harits dan 'Uqbah bin Ani Mu'ith sebagai utusan kaum kafir Quraisy. Pertanyaan yang diajukan oleh kedua orang ini adalah bagaimana kisah Ashabul Kahfi?, Bagaimana kisah Dzulqarnain?, dan Apa yang dimaksud dengan Ruh?.
Rasulullah SAW bersabda kepada dua orang itu, "Besok akan saya ceritakan dan saya jawab." Akan tetapi Rasulullah SAW lupa mengucapkan "Insya Allah". Akibatnya wahyu yang datang setiap kali beliau menghadapi masalah pasti terputus selama 15 hari.
Sedangkan orang Quraisy setiap hari selalu menagih janji kepada Rasulullah saw dan berkata "Mana ceritanya? besok..besok..besok.." Ketika itu Rasulullah saw sangat bersedih. Akhirnya Allah menurunkan wahyu surat Al-Kahfi yang berisi jawaban kedua pertanyaan pertama, pertanyaan ketiga berada dalam surat Al-Israa ayat 85.
Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii :
"Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan Insya Allah." (QS Al-Kahfi :23-24)
Sebuah kalimat yang sering kita salah artikan tetapi orang yang paling mulia disisiNya, yang telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang pun ditegur oleh Allah SWT karena lupa mengucapkan "Insyaa Allah". Ada rahasia besar apa dibalik kalimat Insya Allah?
Perhatikan petikan ayat diatas, di ayat tersebut Allah memerintahkan manusia ketika semua rencana sudah matang dan pasti janganlah mengatakan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” tetapi harus diikuti dengan ucapan Insya Allah.
Sebab ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah sebuah 'ucapan kepastian', keyakinan diri jika hal itu benar-benar akan dilakukannya, bukan keraguan-keraguannya.
Benar, Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan. Dari situlah tubuh kita mengeluarkan semacam kekuatan dan kepasrahan total yang tidak kita sadari sebagai syarat utama tercapainya sebuah keberhasilan.
Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena Allah sebagai sang pemilik tubuh ini dapat berkehendak lain.
Ingat baik baik! Jika kalian tidak yakin atau tidak dapat memastikan sebuah rencana, maka jangan pernah mengatakan Insya Allah, cukup katakan saja “Maaf, saya tidak bisa” atau “Maaf, saya tidak dapat menghadiri …”
Tetapi bila kalian yakin bisa melakukan rencana itu, maka katakanlah “Insya Allah”, niscaya kalian akan melihat sebuah ketentuan Allah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh-Nya.
"Mereka (Ya'juj & Ma'juj) berusaha untuk keluar dengan berbagai cara, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata,'Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini."
"Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebuat terjadi berulang-ulang."
"Hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka tanpa sengaja berkata, “Insya Allah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita bisa keluar dari sini."
"Maka keesokan paginya lubang kecil itu ternyata masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya."
"Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi."
Jika kaum perusak sekelas ya'juj dan ma'juj saja bisa berhasil meskipun tanpa sengaja mengucapkan Insya Allah, bagaimanakah halnya dengan kita. Apalagi jika disertai dengan kesadaran dan penuh kepastian mengucapkannya. Yakinlah, janji Allah SWT selalu benar, Dia-lah sebaik baik penepat janji.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Harmalah dari bibinya berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Kamu mengatakan tidak ada permusuhan, padahal sesungguhnya kamu senantiasa memerangi musuh, sehingga datanglah Ya'juj dan Ma'juj; yang lebar jidatnya, sipit matanya, menyala (merah) rambutnya, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi, wajahnya seperti martil."
sumber: http://artikelpakwah.blogspot.com
Sekali waktu entah angin dari mana hatiku secara spontan suka bertanya, “Bagaimana jika aku melepas kembali kerudungku??” Hmmm…seketika rasanya ada bisikan-bisikan lembut yang mengatakan “LEPASLAH….ayo..kamu tidak nyaman dengan itu..dan tidak pantas untukmu..” Hehe… mungkin itulah yang dinamakan “min syarril waswaasil khonnas, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang tersembunyi.” (An-naas : 4)”.
Tapi kala itu juga aku langsung tampakkan wajahku di depan cermin seraya membayangkan, jika ku lepaskan kerudungku kemudian ku tanggalkan. lalu ku pakai kembali baju-baju yang serba-serbi ketat, menampakkan aurat yang beberapa waktu lalu aku tutupi rapat. Seketika itu juga ada beribu suara yang bergemuruh secara tegas mengatakan “JANGAN! JANGAN LEPASKAN!!” Hmm..wallohu’alam suporter dari mana itu, mungkin hati kecilku yang berkata atau suporter dari Alloh.. hehe.. Tapi.. alhamdulillah.. yang terbayang hanya masa lalu yang buatku sekarang adalah hal yang buruk. Malah miris jika harus membayangkan lepas kembali kerudung ini. Memang penampilanku dulu masih dalam tahap wajar, maksudnya tidak terlalu seronok. Tapi setelah sedikit aku mendalami syari’at islam bagiku apa yang ku lakukan dulu itu adalah suatu dosa besar yang baru hanya bisa ku tebus dengan taubat kecil-kecilan. Tapi dalam ketakutan aku tetap berharap dan yakin ampunan Alloh itu besar dan luas.
Jika ingat cerita orang-orang yang menanggalkan kerudungnya. Begitu macam-macam yang ku dengar. Ada yang rela melepas kerudungnya demi popularitas, uang, dan ada juga yang gara-gara belum dapet jodoh tanggalkan pakaian syar’inya. Astaghfirulloh, secara tidak langsung mereka telah mengangap kerudung itu pembawa sial. wa’iyyadzubillahi mindzalik.. Dan sedikitpun mereka tidak memikirkan bagaimana kecewanya Alloh, murkanya Alloh, sedihnya Alloh melihat hamba yang dicintainya malah menghianatinya. mengganti kesucian yang telah Alloh gelarkan padanya. Padahal sedikitpun juga Alloh tidak membutuhkan mereka, Alloh tidak memerlukan makluk, Alloh hanya sayang pada kita, Alloh mengharapkan kita selamat. Tapi, mungkin percuma..mereka sudah tidak pedulikan hal itu. hatinya telah gelap dan perlahan mengeras. digelapkan oleh dunia fana, dan digelapkan oleh kesenangan fana. Huft..ruginya kita jika kita lakukan hal itu.
Dan tanpa mereka sadari juga.. hal itu berdampak negatif bagi para wanita yang dalam hati kecilnya ingin berkerudung. Aku pun merasakan hal itu ketika sebelum berkerudung. Ada sugesti-sugesti negatif yang menghadang kala itu. contohnya, aku takut ketika aku berkomitmen untuk berkerudung suatu saat aku melepasnya, aku juga takut dengan komentar orang-orang setelah aku berkerudung nanti, aku pun takut banyak larangan ini itu karena bagiku saat itu sosok berkerudung itu penuh aturan, penuh ikatan.
Tapi…setelah mencoba dan dengan sekuat hati ku jemput hidayah Alloh, Alhamdulillah.. kurasakan jilbab itu indah, walau sedikit gerah di awal.. hehe… hingga dari hari demi hari, dari proses demi proses ku lalui dengan kerudungku. Hmm… memang apa yang dikatakan orang-orang itu benar, tentang susahnya istiqomah, susahnya menahan gerah. wah.. pokoknya duri tajam, batu kerikil terasa menghalangi jalanku, cabe gendot sekilo terasa ku makan habis saking gerahnya.. Hehehe… (refresh sodara-sodari..:D )
Tapi ya.. memang begitulah jalan menuju Alloh.. nanjaknya melebihi tanjakan nagrek (hihihi), terjalnya melebihi jalan menuju hutan belantara.. wahhh.. serem juga ya.. tapi di situlah tantangannya. Tantangan jihad fii sabilillah. hanya kesabaran yang akan menurunkan kekuatan Alloh untuk kita di saat melewati ujian demi ujian. Dan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah : 286). Alloh memberikan ujian itu berarti sebenarnya kita telah memiliki kesanggupan utk menghadapi dan menyelesaikannya karena Alloh pun telah mengukur kadar kesanggupan kita.
Jadi ingat, ada yang bertanya padaku ketika beberapa bulan berkerudung,
“bagaimana kesannya setelah memakai kerudung? apakah merasa kegerahan?”
Jawabku, “alhamdulillah semakin nyaman..”
Dan komentarnya, “Syukurlah.. memang.. kalau kata orang gerah itu berasal dari hati kita yang masih panas”
nah, seperti itulah katanya.. dan mungkin panas di situ berarti panas terhadap dunia, panas terhadap penilaian orang.. dan banyak lagi panas-panas yang lainya.. hehe
Kembali ke topik, sepertinya sangat disayangkan jika kita melepas kembali kerudung kita. Karena kerudung yang kita pakai itu merupakan komitmen kita pada Sang Pemberi Hidayah yaitu Alloh SWT. Kerudung itu Seperti halnya cincin tunangan yang merupakan komitmen kita dengan calon pendamping kita. jika kita melepaskannya (melepaskan untuk selamanya) bagaimana sakitnya calon kita?? atau posisinya dibalikan bagaimana jika calon kita yang melepas cincinnya untuk selamanya? bagaimana perasaan kita? atau apa yg akan kita lakukan? bunuh dirikah? atau lembaru? hehe
sumber: http://umygeminy.wordpress.com
Pertanyaan:
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,” dst. Mohon penjelasan makna hadits dan makna ‘tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas’?
Jawaban:
Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di masing masing kitab Shahih mereka, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)
Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”
Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk,
sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.
“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).” (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)
Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.
Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs. An-Najm:4)
Sumber:
Majmu Fatawa wa Maqadat Mutanawwi’ah juz 5 hall 300-301, Syaikh Ibn Baaz Fatwa fatwa Terkini Jilid 1 Bab Perlakuan Terhadap Istri penerbit Darul Haq
Artikel muslimah.or.id
Menurut Syaikh Al-Utsaimin, dari sisi hukum, mengalah ada tiga macam: Tidak boleh (mamnu’), makruh atau mubah, dan mubah.
Yang pertama, mengalah yang terlarang adalah dalam masalah kewajiban syariat. Misalnya, jika kita memiliki air wudhu yang hanya cukup untuk seorang, sementara kita belum berwudhu, maka kita tidak boleh memberikan air tersebut kepada orang lain. Dalam hal ini, orang tersebut mesti bertayamum dan kita wajib berwudhu. Syaikh Al-Utsaimin menekankan, “Jadi, mengalah dalam kewajiban syariat adalah haram.”
Kedua, mengalah dalam hal-hal yang disukai adalah boleh, namun sebagian ulama memakruhkannya. Misalnya, saat kita berada pada shaf pertama shalat jama’ah lalu datang orang lain dan kita memberikan tempat kita kepada orang tersebut, maka ini hukumnya makruh. Para ulama mengatakan bahwa ini adalah perbuatan orang yang tidak menyukai kebaikan, dan berpaling dari kebaikan adalah makruh. Adapun jika orang yang datang tersebut adalah ayah kita, maka kita boleh mengalah kepadanya.
Dan ketiga, mengalah dalam selain masalah ibadah adalah boleh bahkan disukai. Misalnya, ketika kita punya makanan dan kita sedang lapar, lalu datang saudara kita yang juga lapar. Dalam hal ini, jika kita mengalah dengan memberikan makanan tersebut kepada saudara kita, maka ini adalah perbuatan terpuji. (Lihat; Syarh Riyadh Ash-Shalihin)
Secara umum, dalam masalah non-ibadah wajib, sesungguhnya mengalah adalah perbuatan yang positif, sangat terpuji, lagi mulia. Sebab, menyerahkan hak kepada orang lain atau membuat orang lain memiliki apa yang kita punya, adalah sesuatu yang berat untuk dilakukan. Ada pengorbanan dalam mengalah di mana tidak semua orang sanggup melakukannya
Ada lima macam mengalah dalam hal ini. Yang pertama, yaitu mengalah untuk menang. Mengalah jenis ini pernah dipraktikkan oleh panglima perang Khalid bin Al-Walid dalam perang Mu`tah. Khalid memutuskan pasukan kaum muslimin mundur dari medan perang karena melihat jumlah pasukan musuh yang jauh lebih banyak dan kuat, serta sangat kecil kemungkinan bisa mengalahkan mereka.
Yang kedua, yaitu mengalah karena mendahulukan orang lain. Ini adalah mengalah pada umumnya. Selain contoh sahabat Anshar di atas, ada contoh yang sangat bagus dalam hal ini. Disebutkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, saat perang Yarmuk, Hudzaifah Al-Adawi mencari saudara sepupunya sambil membawa air minum. Ketika dia menemukan saudaranya yang terluka parah, dia berkata, “Aku beri engkau minum?” Saudaranya pun mengangguk.
Saat Hudzaifah hendak meminumkan air itu kepada saudaranya, terdengar suara orang mengaduh dan minta air. Saudara sepupu Hudzaifah pun mengisyaratkan agar air itu diberikan saja kepada orang yang mengaduh tersebut. Hudzaifah bergegas ke arah orang tersebut untuk memberikan minum. Ternyata orang tersebut adalah Hisyam bin Al-Ash. Ketika Hudzaifah hendak meminumkan Hisyam, mereka mendengar suara orang kehausan. Hisyam mengisyaratkan agar Hudzaifah memberikan air tersebut kepada orang itu. Hudzaifah pun segera menuju ke orang yang barusan dia dengar suaranya.
Namun, orang tersebut sudah meninggal. Hudzaifah pun kembali kepada Hisyam. Tetapi, Hisyam juga sudah meninggal. Lalu, Hudzaifah menuju ke arah saudara sepupunya, tetapi saudaranya juga sudah meninggal! Allahu Akbar, mereka meninggal karena saling mengalah kepada saudaranya.
Yang ketiga, adalah mengalah karena ada orang lain yang lebih baik. Ini adalah mengalahnya orang yang tahu diri, orang yang sadar akan kemampuan diri sendiri dan mengakui kelebihan orang lain. Hal ini pernah dilakukan oleh Umar bin Al-Khathab dan Abu Ubaidah yang mengalah kepada Abu Bakar. Waktu itu, Abu Bakar mempersilakan kaum muslimin untuk memilih salah satu antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai khalifah. Akan tetapi, justru Umar dan Abu Ubaidah-lah yang membaiat Abu Bakar, yang kemudian diikuti oleh para sahabat yang lain –Radhiyallahu ‘Anhum–.
Yang keempat, adalah mengalah karena cinta. Hal ini sering dilakukan oleh orangtua yang mengalah kepada anaknya, atau seorang suami kepada istrinya atau sebaliknya, atau seorang anak (yang sudah dewasa) yang mengalah kepada orangtuanya. Terkadang, hal ini juga dilakukan seorang kakak kepada adiknya dan sebaliknya.
Dan kelima, adalah mengalah karena tidak mau ribut dan enggan cekcok dengan orang lain. Hal ini biasa dilakukan oleh orang yang sehat akalnya dan bisa mengendalikan diri, baik itu dalam soal debat kusir ataupun bertengkar dalam masalah sepele. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ .
“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia benar, akan dibangunkan rumah untuknya di tengah surga.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik)
Lima jenis mengalah di atas adalah perbuatan mulia yang dikategorikan para ulama sebagai sesuatu yang utama dan disukai. Namun demikian, tidak semua sikap mengalah di luar kewajiban syariat adalah baik. Ada satu perbuatan mengalah dalam hal ini yang justru sangat tercela dan haram hukumnya. Ia adalah mengalah kepada musuh di negeri sendiri. Dalam hadits shahih disebutkan,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ .
“Janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah dia hingga di tempat yang tersempit.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Apabila mengalah kepada orang Yahudi dan Nasrani di jalan umum saja tidak boleh, bagaimana halnya dengan mengalah kepada orang-orang Yahudi Israel la’natullah ‘alaihim di bumi Palestina? Sungguh, tidak ada yang mengalah kepada penjajah biadab Yahudi Israel di bumi Palestina selain kaum pengecut dan mereka yang enggan mengikuti Sunnah.
Wallahu Ta’ala a’lam bish-shawab.
source: http://rahmatsemestaalam.blogspot.com
Copyright © 2010 tetc-suk 美しい名前 is powered by Blogger
Design Disease Theme is created by: Design Disease brought to you by Turbo Kits