Jomblo Keren (Edisi Wanita)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kesendirian adalah saat-saat berharga di mana kita benar-benar mengasah ibadah, kemampuan, kepribadian dan pencarian ilmu yang sebaik-baiknya. Sebagai bekal tatkala kita melepas masa kesendirian.
Kesendirian mengajarkan kepada kita, betapa sulitnya medan kehidupan tanpa adanya pendamping. Kita punya keluarga dan kawan-kawan, tapi tidak selalu keluarga dan kawan bisa menemani kegiatan atau keperluan kita. Mendengar hal paling rahasia yang kita simpan. Tapi kesulitan, bukan menjadikan kita lemah dan mencari pegangan yang akan membantu kita guna menjalani kehidupan. Pegangan atau di sebut seseorang yang siap sedia untuk mengantar dan menolong kita namun belum ada ikrar yang menghalalkan hubungan tersebut. Itu hanya akan menjadikan kita makin bertambah lemah.
Kesendirian mengajarkan ketangguhan sebagai wanita, tatkala berbagai rasa menerpa. Kesedihan, kegelisahan, kerinduan, kebencian. Kita bingung menumpahkan segala rasa itu kepada siapa. Tapi jika kita berusaha untuk mendekati Allah secara perlahan, kita bisa mengandalkan Allah untuk itu.  Serahkan segala keluh kesah, kelemahan dan rasa sayang kepada Allah. Allah menjadikan kita kuat. Mengandalkan Allah menjadikan kita bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Kita berpegang pada Yang Maha Kuat, yang semesta alam adalah ciptaanNya. Secara fisik, kita terlihat seorang diri. Berpanas-panasan berganti angkot ke sana kemari karena berbagai agenda kegiatan. Berseliweran di antara para pasangan yang telah menikah. Keinginan untuk di perhatikan dan selalu di sayang, adalah lumrah bagi seorang wanita. Anggap saja semua adalah warna kehidupan kita, warna ujian yang semoga bisa menguatkan iman kita.
Sejatinya kesendirian adalah mengasah diri untuk bermentalkan kemandirian. Wujud kita mungkin sebagai kepompong, yang terlihat buruk dan tidak enak karena harus berada dalam ruang sempit. Bukan tanpa alasan Allah menciptakan itu semua. Hanya ingin menjadikan kita layaknya seekor kupu-kupu yang indah dan mampu terbang di alam bebas. Jika kulit kepompong di robek sengaja, bukan malah menolongnya dari himpitan tapi sebenarnya ada kelemahan yang menunggunya tatkala ia berwujud kupu-kupu. Sama dengan kita sebagai wanita, jika kita merasa tidak tahan dengan kesendirian kemudian kita berusaha mengakhiri kesendirian dengan jalan yang buruk (baca: pacaran), sebenarnya akan melemahkan diri kita sendiri. Kita akan terbiasa terlayani dengan baik, jika tidak di bantu kita akan merasa tidak di sayang. Perlahan hal tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk.
Akan ada masanya ketika romantika kesendirian menjadi suatu hikmah yang sangat bermakna, suatu cerita yang akan kita rindukan tatkala pasangan telah hadir di samping kita.
Kesabaran kita, keteguhan kita tidak akan berakhir sia-sia. Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya. Insya Allah.



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Subhanallah, melihat ada pria-pria yang konsisten menjaga harga dirinya untuk tetap menjomblo hingga ia menikah. Jomblo bukan karena tidak laku atau terlalu pilih-pilih, mungkin ada beberapa hal yang belum bisa mewujudkan niatnya untuk mempersunting seorang wanita. Karena menjaga kesucian bukan hanya di wajibkan bagi seorang wanita tapi juga untuk pria.
Sebenarnya bagi pria yang jomblo, banyak sekali keuntungan yang didapat. Misalnya, ketika berpacaran ia harus banyak berkorban untuk wanita yang belum tentu menjadi istrinya kelak maka jika ia memilih jomblo hal tersebut bisa di hindarkan. Sangat lumrah jika berpacaran, pihak yang banyak berkorban secara materi adalah pria, harus antar jemput ke sana kemari layaknya tukang ojek, menyia-nyiakan waktu dengan sang pacar dengan dalih untuk perkenalan pribadi padahal tak lain sedang menumpuk timbunan dosa. Sebuah kesia-siaan.
QS. Al Mu’minun, 1-3:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) yang khusyu’ dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.”
Bukan hanya itu, waktu yang di habiskan dengan sang pacar kadang lebih banyak di banding dengan orangtua, padahal pria walaupun telah menikah tetap bertanggung jawab terhadap orang tuanya. Beda dengan wanita, yang kepatuhan kepada orang tuanya terputus tatkala menikah. Maka saat jomblo bisa di gunakan untuk lebih mencurahkan kasih sayang kepada orangtua.
Karena seorang pria akan menjadi imam terhadap keluarga barunya kelak, maka saat jomblo bisa di manfaatkan untuk memperdalam ilmu agama guna persiapan menuju pernikahan kelak. Bukan menghabiskan waktu sia-sia dengan berpacaran. Juga, saat jomblo bisa di gunakan untuk persiapan materi untuk menghidupi keluarga barunya. Bukan malah menghambur-hamburkan uang untuk wanita yang belum tentu menjadi jodohnya.
Jangan merasa tidak pede ketika memilih jomblo sebelum menikah. Toh, kita sekarang berada pada jalur yang tepat. Justru mereka yang masih pacaran seharusnya malu, melanggar perintah Allah kok pede-pede saja.
Kita sebenarnya jauh lebih cerdas di banding mereka yang berpacaran. Kita bisa memanfaatkan waktu luang untuk menekuni hobi kita, melakukan hal-hal yang belum tentu bisa di lakukan ketika sudah menikah. Bukan tenggelam dalam problematika orang pacaran yang tidak jelas juntrungannya. Belum menikah saja sudah heboh dengan masalahnya, gimana jika sudah menikah.
Pacaran tidak menjamin kedua belah pihak saling mengenal pribadi masing-masing. Hanya kepalsuan yang terlihat, saling ingin terlihat baik.
Seorang pria sejati tidak akan menembak wanita untuk menjadi pacarnya. Kenapa? Karena hal itu menandakan seorang pria belum siap menerima tanggung jawab, hanya sekedar main-main saja. Jika memang dia pria sejati, dia akan langsung melamar wanita pilihannya untuk di jadikannya sebagai istri.
Serahkan saja kepada Allah masalah jodoh, biar Allah yang menunjukkan bagaimana ikhtiar yang harus kita lakukan. Karena petunjuk Allah adalah sebaik-baik jalan, maka ikutilah jalan itu. Meskipun terlihat asing dan menimbulkan kontroversi, abaikan saja. Kita benar di hadapan Allah. Selanjutnya pasrahkan jodoh yang terbaik untuk kita kepada Allah.
Tak perlu takut tidak kebagian jodoh, karena tiap kita di ciptakan berpasang-pasangan. Berprasangka baik saja kepada Allah untuk di berikan pendamping yang shalihah. Karena yang baik pasti akan mendapatkan yang baik. Itu janji Allah.
Allahua’lam.



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Sebagai makhluk yang memiliki karakteristik senantiasa taat kepada Allah, malaikat telah ”diplot” oleh Allah Swt. untuk mencintai segala bentuk amal saleh yang dilaksanakan oleh seorang hamba. Dia akan mendekat dan senantiasa menyertai seorang hamba selama hamba tersebut berada dalam kebaikan. Dia pun akan senantiasa membisikkan kebenaran dan ”mencampakkan” cahaya ke dalam dada si hamba. Bukankah kebaikan dan amal saleh itu adalah cahaya? Pada saat yang sama, malaikat juga makhluk cahaya. Maka dari itu, sangat logis apabila dua sifat dengan karakteristik yang sama saling mendekat dan bersatu. Sebaliknya, ketika seorang Mukmin melakukan kemaksiatan, para malaikat pun akan menjauh, termasuk ketika  dia berada di tempat-tempat yang kotor, penuh maksiat, dan penuh dengan berhala.
Itulah mengapa dalam banyak nash—terlepas apakah nash tersebut bersifat metafora atau tidak—disebutkan betapa ”antusiasnya” malaikat dalam mendekat kepada seseorang yang melakukan amal saleh dan lalu mendoakannya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
”(Malaikat-malaikat) yang memikul `Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka.” (QS Al Mu’min, 40: 7)
Dalam hadits, penjelasan tentang kecintaan malaikat terhadap manusia yang beriman dan amal saleh yang dilakukannya jauh lebih banyak. Kita ambil beberapa contoh berikut ini.

  1. “Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah Ta’ala melainkan malaikat akan meliputi mereka. Rahmat akan menyelimuti mereka. Akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim)
  1. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Mendengar itu, para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud taman-taman surga itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah zikir, karena sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat yang berkeliling untuk mencari halaqah-halaqah zikir. Apabila mereka datang kepada orang-orang itu, mereka pun meliputinya.” (HR Abu Nu’aim)
Dalam beberapa kisah bahkan disebutkan ada malaikat yang bermetamorfosis sebagai seorang manusia biasa. Dia menemui manusia-manusia terpilih guna memberikan kabar gembira dan melapangkan dadanya atas amal saleh yang dilakukannya atau memberikan pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.
Diriwayatkan oleh Imam muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya, Allah Swt. mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai kepadanya, malaikat itu berkata, ”Ke manakah engkau akan pergi?”
Lelaki itu menjawab, ”Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.”
Malaikat itu bertanya lagi, ”Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?”
Lelaki itu menjawab, ”Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.”
Kemudian malaikat itu berkata, ”Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah Swt. yang diutus kepadamu untuk mengatakan bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan pula suatu kisah dari Al Hasan tentang sahabat Anshar, Abu Muallaq, yang berprofesi sebagai pedagang. Selain menjalankan modalnya sendiri, Abu Mu’allaq juga mendapatkan modal dari orang lain. Dia adalah pekerja keras, ahli ibadah, dan terjauh dari segala perbuatan haram (wara’). Pada saat dia berkeliling menjual dagangannya, tiba-tiba sekawanan perampok menghentikan langkahnya.
“Letakkan bawaanmu atau aku akan membunuhmu!” bentak perampok itu.
Abu Mu’allaq menjawab, “Apakah yang engkau inginkan dari kematianku? Jika harta, ambillah seluruhnya.”
“Hartamu itu untukku dan aku tidak menginginkan apa-apa kecuali darahmu!” gertak sang perampok.
Abu Mu’allaq kembali menjawab, “Jika engkau menolak, berikan kesempatan kepadaku untuk melakukan shalat empat rakaat.”
Penjahat itu pun menyetujui, “Silakan sesukamu.”
Abu Mu’allaq segera mengambil air wudu lalu shalat empat rakaat. Pada sujudnya yang terakhir dia berdoa, “Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang; ya Allah yang memiliki mahligai yang mulia; wahai Yang Bisa Berbuat apa saja yang dikehendaki, hamba memohon kepada-Mu atas kemuliaan-Mu yang tiada bisa dipisahkan, dengan kerajaan-Mu yang tidak bisa dikurangi, dan dengan cahaya-Mu yang menerangi segala singgasana-Mu, lindungi hamba dari perampok ini. Ya Allah yang Maha Penolong, tolonglah hamba.”
Doa tersebut dibaca tiga kali. Tiba-tiba, seorang penunggang kuda datang. Di tangannya ada sebuah senjata yang diletakkan di antara kedua telinga kuda tersebut. Dia melihat perampok tersebut dan menusuknya hingga mati. Kemudian, penunggang kuda itu mendekati si pedagang seraya berkata, “Bangunlah!”
Abu Mu’allaq bertanya, “Siapakah Anda?”
“Saya malaikat penghuni langit keempat. Engkau telah berdoa dengan doamu yang pertama dan aku mendengar di pintu-pintu langit suatu bunyi. Lalu engkau berdoa untuk kedua kalinya, maka aku mendengar derap langkah penghuni langit. Lalu engkau berdoa ketiga kalinya, maka dikatakan kepadaku, ’Doa itu dari orang yang ada dalam keadaan bahaya.’ Aku meminta kepada Allah agar Dia mengutusku membunuh perampok itu.”

sumber: http://syaamilquran.com/malaikat-makhluk-pecinta-amal-saleh.html



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين