Malaikat, Makhluk Pecinta Amal Saleh

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Sebagai makhluk yang memiliki karakteristik senantiasa taat kepada Allah, malaikat telah ”diplot” oleh Allah Swt. untuk mencintai segala bentuk amal saleh yang dilaksanakan oleh seorang hamba. Dia akan mendekat dan senantiasa menyertai seorang hamba selama hamba tersebut berada dalam kebaikan. Dia pun akan senantiasa membisikkan kebenaran dan ”mencampakkan” cahaya ke dalam dada si hamba. Bukankah kebaikan dan amal saleh itu adalah cahaya? Pada saat yang sama, malaikat juga makhluk cahaya. Maka dari itu, sangat logis apabila dua sifat dengan karakteristik yang sama saling mendekat dan bersatu. Sebaliknya, ketika seorang Mukmin melakukan kemaksiatan, para malaikat pun akan menjauh, termasuk ketika  dia berada di tempat-tempat yang kotor, penuh maksiat, dan penuh dengan berhala.
Itulah mengapa dalam banyak nash—terlepas apakah nash tersebut bersifat metafora atau tidak—disebutkan betapa ”antusiasnya” malaikat dalam mendekat kepada seseorang yang melakukan amal saleh dan lalu mendoakannya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
”(Malaikat-malaikat) yang memikul `Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka.” (QS Al Mu’min, 40: 7)
Dalam hadits, penjelasan tentang kecintaan malaikat terhadap manusia yang beriman dan amal saleh yang dilakukannya jauh lebih banyak. Kita ambil beberapa contoh berikut ini.

  1. “Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah Ta’ala melainkan malaikat akan meliputi mereka. Rahmat akan menyelimuti mereka. Akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim)
  1. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Mendengar itu, para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud taman-taman surga itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah zikir, karena sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat yang berkeliling untuk mencari halaqah-halaqah zikir. Apabila mereka datang kepada orang-orang itu, mereka pun meliputinya.” (HR Abu Nu’aim)
Dalam beberapa kisah bahkan disebutkan ada malaikat yang bermetamorfosis sebagai seorang manusia biasa. Dia menemui manusia-manusia terpilih guna memberikan kabar gembira dan melapangkan dadanya atas amal saleh yang dilakukannya atau memberikan pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.
Diriwayatkan oleh Imam muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya, Allah Swt. mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai kepadanya, malaikat itu berkata, ”Ke manakah engkau akan pergi?”
Lelaki itu menjawab, ”Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.”
Malaikat itu bertanya lagi, ”Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?”
Lelaki itu menjawab, ”Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.”
Kemudian malaikat itu berkata, ”Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah Swt. yang diutus kepadamu untuk mengatakan bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan pula suatu kisah dari Al Hasan tentang sahabat Anshar, Abu Muallaq, yang berprofesi sebagai pedagang. Selain menjalankan modalnya sendiri, Abu Mu’allaq juga mendapatkan modal dari orang lain. Dia adalah pekerja keras, ahli ibadah, dan terjauh dari segala perbuatan haram (wara’). Pada saat dia berkeliling menjual dagangannya, tiba-tiba sekawanan perampok menghentikan langkahnya.
“Letakkan bawaanmu atau aku akan membunuhmu!” bentak perampok itu.
Abu Mu’allaq menjawab, “Apakah yang engkau inginkan dari kematianku? Jika harta, ambillah seluruhnya.”
“Hartamu itu untukku dan aku tidak menginginkan apa-apa kecuali darahmu!” gertak sang perampok.
Abu Mu’allaq kembali menjawab, “Jika engkau menolak, berikan kesempatan kepadaku untuk melakukan shalat empat rakaat.”
Penjahat itu pun menyetujui, “Silakan sesukamu.”
Abu Mu’allaq segera mengambil air wudu lalu shalat empat rakaat. Pada sujudnya yang terakhir dia berdoa, “Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang; ya Allah yang memiliki mahligai yang mulia; wahai Yang Bisa Berbuat apa saja yang dikehendaki, hamba memohon kepada-Mu atas kemuliaan-Mu yang tiada bisa dipisahkan, dengan kerajaan-Mu yang tidak bisa dikurangi, dan dengan cahaya-Mu yang menerangi segala singgasana-Mu, lindungi hamba dari perampok ini. Ya Allah yang Maha Penolong, tolonglah hamba.”
Doa tersebut dibaca tiga kali. Tiba-tiba, seorang penunggang kuda datang. Di tangannya ada sebuah senjata yang diletakkan di antara kedua telinga kuda tersebut. Dia melihat perampok tersebut dan menusuknya hingga mati. Kemudian, penunggang kuda itu mendekati si pedagang seraya berkata, “Bangunlah!”
Abu Mu’allaq bertanya, “Siapakah Anda?”
“Saya malaikat penghuni langit keempat. Engkau telah berdoa dengan doamu yang pertama dan aku mendengar di pintu-pintu langit suatu bunyi. Lalu engkau berdoa untuk kedua kalinya, maka aku mendengar derap langkah penghuni langit. Lalu engkau berdoa ketiga kalinya, maka dikatakan kepadaku, ’Doa itu dari orang yang ada dalam keadaan bahaya.’ Aku meminta kepada Allah agar Dia mengutusku membunuh perampok itu.”

sumber: http://syaamilquran.com/malaikat-makhluk-pecinta-amal-saleh.html



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

0 komentar:

Post a Comment

makasihh yaa komentarnya ...