Rahasia Amalan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Suatu ketika Muaz bin Jabal r.a. menghadap Rasulullah saw. Beliau menunggangi seekor unta dan menyuruh Muaz naik dibelakangnya, maka berangkatlah mereka dengan unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, “Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha Berkehendak kepada makhluk-Nya menurut kehendak-Nya.”

Dalam perjalanannya, Rasulullah saw bersabda kepada Muaz bin Jabal r.a. :

Wahai Muaz, sekarang aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadist yang apabila engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manfaat bagimu di sisi Allah, tetapi jika engkau memperdulikan dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujjahmu di hadapan Allah kelak pada hari kiamat.

Sesungguhnya Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit, dan pada tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai ukuran pintu dan keagungannya.”

Malaikat Hafazah (yang memelihara amalan manusia) naik membawa amalan si hamba ke langit pertama. Penjaga pintu langit pertama berkata, “Aku adalah penjaga dari orang yang suka mengumpat, maka lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena aku diperintahkan untuk tidak menerima amalan dari seorang pengumpat.”

Lalu, malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba ke langit kedua. Penjaga pintu langit kedua berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal hanya mengharapkan dunia. Allah memerintahkan aku supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain.”

Selanjutnya malaikat Hafazah naik ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah yaitu pahala sedekah, shalat, dan puasa. Penjaga pintu langit ketiga berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong.

Maka, malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Penjaga pintu langit keempat berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku untuk menahan amalan si ujub.

Seterusnya… malaikat Hafazah membawa amalan yang bercahaya menuju langit kelima. Penjaga pintu langit kelima berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab itu adalah amalan orang yang iri hati dan pendengki (hasad). Dia membenci nikmat yang Allah berikan kepada hambaNya, dan dia tidak ridho atas kehendak Allah. Allah memerintahkan aku untuk tidak menerima amalan dari orang yang hasad.

Lalu malaikat Hafazah membawa amalan yang indah si hamba ke langit keenam. Penjaga pintu langit keenam berkata, “Aku adalah penjaga rahmat, dan aku diperintahkan untuk melemparkan kembali itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain dan merasa senang saat orang lain mendapat musibah. Maka amalan itu tidak boleh melintasi langit ini.

Maka, malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba hingga ke langit ketujuh. Amalan itu bagaikan cahaya dengan suara yang bergemuruh, diantaranya termasuk amalan shalat, puasa, sedekah, jihad, dan lainnya. Penjaga pintu langit ketujuh berkata, “Aku adalah penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran dan riya’). Sesungguhnya si hamba ingin termasyhur, tinggi, dan berpengaruh dalam kelompoknya. Maka, Allah memerintahkan aku agar menolak amalan itu karena ia penuh riya’.

Kemudian malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yaitu shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang mulia, serta zikir kepada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah kekhadirat Allah SWT. Para malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan yang soleh.

Allah berfirman, “Wahai Hafazah, pencatat amalan hamba-Ku, Aku adalah pemilik hati dan Aku lebih mengetahui apa maksud amalan hamba-hamba Ku. Dia tidak ikhlas atas amalannya kepada-Ku. Dia telah menipu orang lain, dan telah menipu kamu (malaikat Hafazah), tetapi dia tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Yang Maha Mengetahui. Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini? Laknat-Ku tetap padanya.”

Maka, tujuh malaikat penjaga langit beserta malaikat-malaikat yang lain berseru,
“Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.”

Dan semua yang di langit pun turut berkata, “Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat.”

Mendengar hadist ini, Muaz bin Jabal menangis terisak-isak dan berkata, “Ya
Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?”

Rasulullah saw bersabda, “Wahai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”

Kembali Muaz bertanya, “Engkau adalah seorang Rasulullah, sedangkan aku hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?”

Rasulullah saw bersabda, “Jika dalam amalanmu ada kelalaian maka jagalah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri yang penuh dengan aib, maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain. Jangan riya’ dengan amalan. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain dan jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang takut padamu. Jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, dan jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam.”

Muaz kembali berkata, “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”

Rasulullah saw bersabda, “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka.”

Dari al-kisah ini dapat dipetik kesimpulan bahwa amalan yang diterima Allah hanyalah amalan dari hamba-hambaNya yang ikhlas dalam beramal sholeh, yang mengikuti tatanan, ajaran, dan akhlak Rasulullah saw dengan penuh kecintaan.

Sumber: http://usetyo.wordpress.com/2012/02/15/rahasia-amalan/



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

0 komentar:

Post a Comment

makasihh yaa komentarnya ...